Rabu, 02 Maret 2011

Being married, Being wife and Being Mother.part 1


"Seorang Ibu, harus mampu menjadi referensi terbaik bagi anak-anaknya... Untuk peran yg begitu besar, kenapa gak ada sekolah atau mata pelajaran menjadi ibu ya??"

Emmmm status yang menarik.

Bener juga, sampai saat ini walaupun untuk menjadi seorang ibu itu bukan tugas yang mudah, knapa belum ada sekolah yang menyediakan jurusan menjadi seorang ibu yang benar.

Apa karena belum ada yang jadi professor dan membuat teori menjadi seorang ibu?

Ketika kita memutuskan akan menikah, pernahkah terbersit akan menjadi ibu seperti apakah kita nantinya?

Saya tidak tahu bagaimana pendapat anda, yang pasti saya saat ini dengan status asli single (dan jomblo pula), sudah memikirkan tepatnya sejak setahun yang lalu. Akan jadi ibu yang seperti apakah saya? Ibu yang tegas, disiplin dan sdikit otoriter (kalo bisa ngendalikan sikap yg satu ini). Atau ibu yang lembut, permisif dan memanjakan anak. Atau juga ibu yang mengabaikan dari segi kasih sayang dan perhatian sertai memanjakan dari segi materi (karena menganggap uanglah yang dibutuhkan si anak). Atau tipe ibu yang menjadi guru dan bersahabat ketika si anak dewasa.

Ngomong2 soal being mother gmna dengan peran yang satu lagi being wife?

Menjadi seorang ibu dan istri adalah hal yg berbeda.

Ketika menjadi istri tugas kita adalah sebagai manajer suami tentunya (bersih2 , masak, rapi2in rumah dan tersenyum menyambut dia ketika pulang kerumah). Belum lagi kalo ditambah sebagai wanita karier diluar rumah. Huff keren banget klo bisa seimbang dalam membagi waktu untuk ngelakuin smua itu.

Mari kita kumpulkan tugas dan kewajiban istri dan ibu lalu mengupasnya satu persatu..

Lets start with being a wife

apa aja siy yg jadi tugas seorang istri itu??

1. Secara umum pastinya bersih2 rumah, membuat suasana rumah jadi enak untuk ditinggali, menyediakan makanan sehat untuk sang suami, menyediakan pakaian yg bersih dan sebagai teman berkeluh kesah sang suami.

2.Partner sex yg sah pastinya dilegalkan hukum dan oleh keyakinannya masing2.

3.Emm apalagi ya...Banyak lah

Dengan beberapa kewajiban sebagai istri itu, menjadi lebih ringan atau jauh lebih berat tergantung partner dalam menjalaninya. Ada banyak cerita dan referensi yang saya dapat dari beberapa teman dan sahabat. Ada yang bilang saat pacaran dan saat menikah adalah masa yang 180 derajat berbeda. Emmmm saya sendiri belum tahu pasti karena belum mengalaminya. Mengapa demikian????

Tidak bisa dipungkiri masa berpacaran adalah masa-masa dimana 2 orang manusia belajar saling mengenal karakternya masing2. Tetapi dari pengalaman yang terjadi justru masa2 pacaran lebih banyak karakter palsu yang keluar. Terlebih diawal masa pendekatan. Setelah lewat beberapa bulan baru karakter aslinya kelihatan. Hal ini ditandai dengan adanya pertengkaran, ketidakcocokan satu sama lain dan masih banyak hal lainnya, tergantung masing2 personal dalam menghadapinya.

Jika masa pengenalan benar2 dilakukan dengan penuh kejujuran, menunjukkan karakter asli satu sama lain, berusaha saling menerima dan berubah untuk kepentingan bersama, mungkin masa 10 tahun awal pernikahan yang dikatakan masa rentan cerai akan terlewati dengan baik.

Dimasa awal pernikahan, menurut cerita dan pengalaman beberapa orang yang saya kenal, adalah masa yang cukup sulit dilewati. Biasanya dimasa ini wanita mulai memahami karakter yang asli dari sang lelaki yang dikenalnya. Berbagai macam kebiasaan yang pada masa pacaran tidak terlihat, akan terbuka satu persatu pada masa awal pernikahan ini.

Seperti kata seorang "dulu dia perhatian banget, slalu tanya apa aq punya uang atau ga. pulsaku diisikan tanpa kuminta"

Atau "dulu dia jujur, hal2 kecil saja diceritakan, beda dengan skarang. kelihatannya banyak hal yang dia simpan sendiri". Dalam hal ini yang dibahas adalah perspektif wanita.

Saya sangat menyukai pernyataan seorang teman pria saya, yang beberapa kali ditolak cintanya oleh wanita. Dia berkata "saya mungkin kaku, kolot, ga bisa ngerayu tapi saya berusaha menunjukkan diri saya apa adanya. Biar wanita itu yang menilai, menyesal atau tidak setelah mengenal saya".

Seandainya semua personal yang melakukan pendekatan terhadap lawan jenis memiliki komitmen seperti ini, pastinya pernikahan akan awet dan bisa dilalu dengan kompromi kedua belah pihak.

bagaimana menurut anda???


Tidak ada komentar: