Senin, 26 Oktober 2009

Apa arti hidupmu

hidup saat ini seakan meaningless atau tak ada artinya. buat beberapa sudut pandang, hidup itu artinya sekolah, mencari kerja untuk mencukupi materi, dan mencari jodoh untuk kelangsungan keturunan. yang jadi pertanyaan apakah tujuan hidup manusia selesai begitu ia menikah punya anak dan membesarkan anak sampai akhirnya proses yang ia lalui kembali dilalui oleh si anak, lalu si orang tua mendapat cucu dan meninggal dengan tenang karena merasa tujuan hidupnya sudah terpenuhi. sejauh mata ini memandang sepertinya hampir setiap sudut bumi pemandangan seperti itulah yang terlihat. padahal telah jelas Allah mencipatakan manusia dengan suatu tujuan. tidak mungkin Allah menciptakan manusia tanpa suatu tujuan. tapi terkadang manusia masih saja tidak sadar atau memang tidak ingin sadar akan keberadaannya dimuka bumi ini dikarenakan suatu tujuan.

Sabtu, 30 Mei 2009

Mengapa harus mengubah?? Bukankah awalny menerima??

Pernah berpikir ketika kau jalani suatu hubungan dengan seseorang, ada hal-hal yang harus berubah. Seperti kebiasaan misalnya. ya, mungkin agak aneh knapa hal sperti ini dipertanyakan. Pada mulanya ketika seorang pria mendekati seorang wanita, ia terlihat begitu baik, pengertian, sangat memahami sang wanita. Pria berusaha melakukan hal-hal yang membuat wanita begitu bahagia, melayang dan lupa klo sbenarnya dia masih berpijak dibumi.

Ok.... Pada awalnya dia memang sangat memujamu, membutuhkan keberadaanmu. Perhatiannya tertumpah hanya padamu, he love you soo. Dia khawatir jika kau tak angkat telponnya atau tak membalas smsnya dengan segera. Bisa-bisa ada puluhan missed called dan belasan sms dihpmu saat kau melihatnya. Emm... wanita mana yang tidak meleleh klo diberi perhatian seperti itu, tapi sadarkah kalau itu hanya berlaku dipermulaannya saja, berikutnya...(who knows). Dia suka sekali memberi perhatian-perhatian kecil yang membuatmu tersenyum seharian. Dia begitu manis dan lembut padamu.
  
Namun stelah wanita ada digenggaman pria, aturan mulai berlaku. Pergi kmanapun harus lapor (kau bahkan tak pernah pamit ada orang tuamu, tapi buat si dia hal ini pun kau lakukan). Bahkan untuk sekedar makan di mall dengan sahabat-sahabatmu, kau harus izin dengannya jika tak ingin beradu argumen dengannya. Dia bahkan mulai mengatakan apa yang bagus untuk kau kenakan saat jalan dengan atau tanpa dia. Dia juga memandang sinis sahabat-sahabat dekatmu. dia tidak menyukai orang-orang yang membuat perhatianmu jauh darinya. Dan yang paling tidak logis, dia melarangmu untuk ada didekat orang2 yang sebelumnya sangat dekat denganmu. Ketika kau beda pendapat dengannya, dia bahkan menuduhmu termakan agitasi seseorang. Emm... paling parahnya, dalam hidupmu seakan-akan hanya dia yang paling berhak menentukan harus melakukan apa, hidup yang seperti apa yang akan dijalani, ingin rumah yang bagaimana, ingin keluarga yang seperti apa. Seakan-akan kau tak ada, bahkan cita-citamu sbelum kau bertemu dia lenyap sketika. Angan2mu untuk berkeliling dunia misalnya dipatahkan hanya dengan adu argumen selama satu jam dengannya. Oh iya, ada satu hal yang cukup tidak logis, dia bisa saja melarangmu untuk jalan dengan teman priamu sementara kau tak tau dibelakangmu dia seperti apa? Is that fair enough?

Ini yang dimaksud knapa harus merubah. Padahal awalnya dia seakan-akan begitu menerima apa adanya. Bukankan menerima apa adanya berarti menerima masa lalu dan skarang, termasuk sifat, karakter caramu berpakaian, cara bicara, keluarga,teman dan sahabatmu. Lalu mengapa saat hubungan sudah terjalin dan komitmen telah dibuat smuanya berubah begitu saja. Tiba-tiba saja peraturan2 ada dan merubahmu menjadi orang lain. Menjadi seseorang yang 180 darajat berbeda dengan dirimu. Kalau hanya menjauhkanmu dari sahabat dekatmu itu belum seberapa. Lalu bagaimana kalau hubungan ini menjauhkanmu dari keluargamu, lalu kau akan pilih mana keluarga atau dia?

ini akan jauh lebih sulit jika keluargamu tidak menyukainya. jika dia memaksamu untuk memilih maka dengan berat hati kukatakan dia bukan yang terbaik. mengapa? ada banyak alasan mengapa aku berkata demikian.

1. Dia tidak cukup bijak dalam berpikir dan tidak cukup matang sebagai seorang pria. Keluarga adalah tempat pertama kali kau mengenal dunia. Ayah dan ibu adalah orang yang harus kau jaga perasaannya dan kau cari restunya. Mereka ber2 mengorbankan seluruh hidupnya untukmu. Apa tega jika harus menyakiti mereka berdua hanya untuk seseorang yang baru kau kenal selama beberapa tahun? Jika pria ini masih menginginkanmu memilih berarti dia tak bisa menghargai keluargamu. Dia cenderung akan menguasai dan memisahkanmu dari orang2 yang mencintaimu dengan tulus.
2.Setiap orang tua pasti punya alasan kuat knp dia tidak stuju dengan pria yang jadi pilihanmu. Apapun alasannya cobalah untuk pahami. Dan mungkin memang ada yang salah pada pria itu. Mungkin sedikit banyak cinta membuat penilaian kita menjadi tidak objektif dan lebih memihak pada orang yang kita cinta. Memang orang tua juga tidak selalu benar. Tapi satu hal yang benar, hubungan antara orang tua dan anak tidak akan terpisahkan sampai kita meninggal nanti. Namun hubungan dengan pria yang dicinta akan selesai jika kita putus atau bercerai ketika kau menikah nanti dengannya.
3 Pria yang kuat dan sabar tidak akan memaksamu untuk memilih. Melainkan menasehatimu untuk berpikir lebih jernih sambil berusaha untuk mendekati keluargamu. pria dewasa tau bahwa keluarga merupakan faktor penentu dalam hidupmu. dia sadar akan posisinya, bahwa dia orang baru dalam hidupmu. Dia akan menyesuaikan diri dan berusaha masuk dalam keluargamu agar diterima. Dan jika memang tidak ada restu dari orang tuamu, dia tidak akan mengajakmu kawin lari. Melainkan dia akan merelakan dan mengikhlaskanmu serta menyerahkan smuanya pada Yang Kuasa. Pria seperti ini patut untuk diperjuang.

Well, knp pria harus merubah wanita menjadi apa yg dia mau, bukan menjadi apa yang kalian mau dalam sebuah hubungan? Sampai skarang aku masih bingung mengapa harus wanita yang banyak berubah dan mengalah. Walau pada awalnya pria yang mengejar, menyanjung dan menyenangkan wanita?
Apakah ketika sebuah komitmen diikrarkan, hidup wanita pun harus diubah 180 derajat? Bahkan impian dan cita2nya harus diubah karena tuntutan penyesuaian diri sang pria? Lalu buat apa wanita sekolah tinggi2 jika ujung2nya impiannya hanya sebatas mimpi dan berganti dengan keinginan pria yang nantinya akan berkomitmen dengan sang wanita? Terkadang butuh waktu untuk merenung yang lama untuk saya ketika pertanyaan2 ini bermunculan satu persatu dikepala. 

Selasa, 19 Mei 2009

Rindu Membelenggu

Aduh..., ada apa denganku malam ini. Ketika video itu kembali terlintas dalam lcd otakku, gambar masa lalu kembali berputar. Aku merindukannya, teramat sangat rindu. Hingga bulu kuduk ini berdiri. Rindu yang membuat aku menggigil. Ku harap aku tidak sakit karena terlalu merindukannya.

Rindu yang memanggilku untuk untuk kembali lagi memeluk bayangnya. Melukis wajahnya dalam anganku. Memahat namanya dalam hatiku. Rindu yang entah kapan akan berlalu dan tidak kambuh lagi. Aku seperti pesakitan yang sedang kumat. Tapi tak tahu apa obat mujarab, selain bertemu dan memandang puas wajah sendunya. Hahh..... Ya Rabb, mudah2an ini bukan suatu halangan bagiku untuk tetap melangkah kedepan. Tak ingin lagi jalan ditempat. Karena hidup harus tetap berjalan dengan atau tanpa dia disampingku.

Selasa, 28 April 2009

kutelah sampai pada saat...

mungkin kisah ini telah aku akhiri, namun mengapa masih tak jua dapat kau terima kenyataan pahit kita tlah tak bersama. apakah harus kau rusak smua kenangan yang sebenarnya indah. haruskan aku membencimu baru kau puas? haruskah kukatakan bahwa tak pernah ada rasa cinta baru mau lepaskan aku dengan ihklas...

Senin, 20 April 2009

Ga selamanya sendiri itu sedih dan berdua itu bahagia

Selama ini aku berpikir sendiri itu menyedihkan, ternyata tidak juga . Mungkin saat aku sendiri aku kurang bisa menghargai waktu yang kumiliki untuk diriku sendiri.

Ketika aku berdua, aku merasa asing harus berbagi wilayah pribadiku dengan orang yang kuijinkan masuk dalam hidupku. Aneh memang, tapi sepertinya aku belum terbiasa membaginya dengan orang lain. Aku masih ingin menguasai diriku sendiri. Aku belum puas menikmati kebebasan itu.

Sampai pada akhirnya dengan berbagai dilema yang datang aku memutuskan untuk menjadikannya sebuah kenangan. Aku lelah dihujani aturan, aku lelah diubah, aku lelah menjadi dewasa, aku lelah mengerti tanpa pamrih, aku lelah memahami tanpa dipahami

Akhirnya:
Dihari ini smua berakhir sudah

Kita berpisah baik-baik saja

Jangan ingat hal yg membuatmu marah

Apalagi yang membuatmu kecewa

Kenangan indah, kenangan memiliki kesan dihati

Kenangan baik hanya yang membuat kita tersenyum saat kita mengingatnya

Ternyata kita sampai pada jalan yang berlainan arah

Ternyata kita harus memilih pada jalan yang terbaik untuk semua

Cukup banyak waktu yang kita habiskan

Semua tidak akan terbuang percuma

Lambaikan tangan biar pergi lebih mudah

Sungguh senang ku bisa kenal kamu...

Senin, 13 April 2009

Aku Mencari

Ternyata masih harus mengalah lagi, ternyata membatunya hati terkalahkan oleh tangis seorang bunda yang mengiba. Hati yang tadi sedingin es, mencair menjadi air dan mengalir menuruni lembah keangkuhan. Tak tega rasa hati membuat bunda menangis pilu menahan rasa sesal yang tak terperi. Harus bagaimana lagi, terpaksa ego kukesampingkan. Kabulkan pinta sang bunda untuk mengalah. Berusaha menerimanya kembali, mencintanya lagi, menyayangnya lagi. Tapi akan sampai dimanakah pengorbanan ini? Akan berapa lamakah jalan ini aku lalui? Akankah ada ujung dari sisi yang tak pasti. Adakah sebuah oase untuk ku beristirahat nanti, dibalik kelelahan yang menggelayut dihati. Yang aku sadari, aku masih disini melangkah sendiri, berusaha jalani apa yang aku mulai. Mungkinkah ini resiko yang harus aku tanggung seorang diri. Apakah ini resiko dari pilihan yang aku buat kemarin. Lelah hati tak bisa kujadikan alasan untuk berlari. Harus kuselesaikan ini hingga berakhir diujung nanti. Tuhan... katakan padaku jika Kau maafkan aku telah sakiti banyak hati, telah tumpahkan banyak air mata, telah membatu hati tanpa bisa disentuh lagi. Tuhan... katakan padaku telah kau sisipkan sebuah rencana indah dibalik semua sedih yang menderaku saat ini. Aku percaya akan akhir yang indah kan datang disaat lelahku sudah memuncak, akan ada sebuah kursi santai dan seseorang yang mempersilahkan aku duduk dengan secangkir teh dan setangkup makanan ringan.

Senin, 30 Maret 2009

Tak Seindah yang Kulihat

Mungkin ini hikmah dari melihat lebih jelas. Mungkin memang harus aku lalui lagi jalan pedih berkerikil tajam. Mungkin kali ini harus menyakiti hati rapuh yang butuh sandaran. Mungkin kali ini benar2 belajar egois tanpa keinginan untuk mengalah. Mungkin memang ini jalan yang akan mendewasakan. Mungkin memang pedih ini yang akan membawaku pada sisi yang lebih indah dibalik awan kelabu yang dipayungi mendung.
Bukankah kesalahan adalah ajang belajar anak manusia? Smoga kesalahan ini membuatku belajar.
Bukankah pengalaman adalah guru paling berharga? Smoga pengalaman ini menjadikan ku orang yang lebih baik dari sebelumnya.
Smoga mendung kali ini bukan berarti hujan badai.
Seandainya pun badai itu datang lagi, makanya aku harus siap membangun kembali benteng yang telah dihancurkan.
Bukan sekedar benteng yang terbuat dari pasir, tapi benteng yang lebih kokoh tak mudah goyah ketika diterjang badai kehidupan.

Rabu, 04 Maret 2009

Lihat, Dengar, dan Rasakan


Ternyata 3 kata memang benar-benar terjadi. Saat ini aku melihat dan merasakan apa yang sedang terjadi dalam hidup. Sebulan yang lalu keluhan terlontar dari bibirku mengenai sepinya duniaku. Dan mataku melihat begitu berwarnanya dunia mereka. Kini aku merasakan warna yang berbeda diduniaku saat cinta datang dan menghampiri duniaku. Tak hanya satu warna saja yang bermain dalam benakku. Tapi ada ratusan bahkan ribuan warna yang saat ini merangkai sebuah lukisan hidup nan indah.
Mungkin itulah mengapa orang berkata "jatuh cinta berjuta rasanya". Mungkin ribuan bahkan jutaan warna inilah yang menimbulkan berbagai macam esensi rasa.
Siapa bilang semua rasa itu indah. Jika cinta hanya diukur dengan keindahan maka kebosanan tak pelak lagi dirasakan. Pahit, manis, asin, asam, gurih, entah rasa yang seperti apalagi yang dapat menggambarkannya. Aku memang baru saja berada didalamnya. Namun dalam waktu yang cukup singkat ini aku bisa merasakan dari manis, pahit, hingga asamnya cinta.
Betapa bencinya aku dicemburui, betapa tidak sukanya aku diatur2, betapa bahagianya ketika ku tahu dia sangat mencintai dan membutuhkan didalam hidupnya. Bukankah impian setiap orang untuk merasa dicintai dan mencintai dalam hidupnya.
Mungkin inilah saatnya perubahan itu datang dalam hidupku.
Seperti yang pernah kukatakan manusia hanya menjalani proses Allah SWT lah yang menentukan akhirnya.
Yang bisa kulakukan hanyalah berjalan menuju akhir yang telah Allah SWT rancang untukku.
Menjemput akhir itu seperti apapun ending cerita hidupku. Setelah kulalui semua proses yang mampu kujalani dan setelah kuambil semua pilihan hidup yang harus aku pilih. Dan setelah kuusahakan semua jalan yang mampu aku lewati. Maka aku menerima smua akhir yang harus aku dapatkan dari setiap proses hidup yang aku jalani. Hidup adalah proses. Kemana pun hidup mengalir maka ia akan berakhir. Seindah atau sepahit apapun ia berakhir maka berkacalah pada proses yang kita jalani.

Rabu, 28 Januari 2009

Impian


Setelah membaca blog seorang teman jadi pengen ngebahas soal impian . Dalam hidup baru sudah aku jalani selama 23 tahun ini, impian terbesarku baru saja terlintas dipikiran ini ketika aku mengenal dia. Entahlah, apa ini obsesi atau kah impian yang sesungguhnya.
Ketika itu aku masih berumur 19 tahun. Tapi rasanya apa yang aku impikan terlalu dewasa untuk umur yang masih begitu muda. Saat itu aku sedang menempuh akhir pendidikan D3ku. Aku mengenalnya secara pribadi, dia mengajarkan aku banyak hal. Dia yang mengenalkankan aku pada apa yang dinamakan bahagia ketika kamu merasakan dibutuhkan.
Mungkin itulah awal dari impianku ini. Sampai saat ini aku masih belum menemukan impian lain yang lebih besar dari keinginanku untuk "memiliki keluarga dan sebuah kafe mungil dengan aku sebagai manajernya".
Mungkin kedengarannya lucu, tapi saat ini dan entah sampai kapan itu adalah impian terbesarku.
Anehnya aku tidak pernah membayangkan dikota, provinsi atau negara manakah aku akan mewujudkan impian itu.
Hal itu bisa terjadi dimana saja. Bisa saja dikota domisili keluargaku Palangka Raya, atau kota yang saat ini aku tempati Yogyakarta, dinegara lain seperti Inggris atau Jepang misalnya, bahkan bisa jadi Jakarta, kota yang mungkin jadi pilihan terakhirku untuk bermukim.
Pada awalnya ini adalah impian yang ingin aku jalani dengan "dia", lelaki yang sampai saat ini masih saja tak bergeming dan merajai hatiku. Apa mungkin aku masih harus menunggunya hingga aku dan dia sama2 berumur 27 tahun? Dimana dia akan memilih siapa pun wanita yang bisa memegang hatinya. Lalu bagaimana aku bisa melewati tahun2 setelah itu jika ternyata aku bukan pilihan hatinya?
Hah.... kok jadi gini ujung2nya. Kelihatannya aku mulai menyusun skenario hidupku.
Ehm... aku pikir jadi sutradara itu enak, ternyata jadi sutradara sekaligus talent dalam film independent tentang hidup yang akan kita jalani itu pusing juga ya! Mau ga mau harus memilih dan setiap pilihan ga pernah bisa diduga, hidup kita akan berakhir seperti apa.
Padahal kata seorang sahabat, aku adalah orang yang sangat menghargai diriku dan bisa menentukan siapa yang pantas atau tidak untuk berada dalam lingkaran hidupku.
Mungkin untuk masalah teman dan persahabatan "feeling"ku tajam dan sudah terasah. Tapi kenapa ketika berhadapan dengan perasaan cinta aku tidak bisa merasakan pilihan apa yang harus aku ambil?
Hati dan logika ku tidak kompak lagi. Mereka punya kubu masing2, hati ingin aku menunggu karena ia tak bisa berpindah dengan mudah. Tapi logika ingin aku meninggalkan kenangan indah itu dan mencari orang yang lebih baik darinya demi kebahagiaanku dan orang2 skelilingku.
Padahal justru saat2 seperti ini aku butuh "feeling" itu, tapi dimana dia menghilang seakan2 tak pernah datang.
Aargggghhh... ternyata impian terbesarku masih kabur.
Sosok pendamping itu masih belum jelas, walau hatiku sudah memilih kandidatnya.
Tapi takdir bukan manusia yang menentukan melainkan Sang Pencipta Semesta yang Esa.
Aku hanya bisa menjalani prosesnya tapi tidak menentukan akhirnya.

Minggu, 11 Januari 2009

Sepi

SEPI
Sepi...
Apa kata itu begitu menakutkan?
Setiap orang kebingungan mencari teman ketika sepi itu datang dan merajai

Sepi...
Kenapa baru sekarang sakitmya begitu terasa sampai-sampai nafasku seakan terhenti
Jantungku berdatak tapi tanpa arti

Sepi...
Jiwa memberontak seakan ingin lepas dari ragaku
Mencari-cari belahannya yang telah diciptakan entah setelah atau sebelum keberadaannya dibumi.

Sepi...
Dalam hingar bingar bunyi terompet dan meriahnya kembang api
Mengapa makna kata itu yang terasa menyayat hati

Sepi...
Apakah selama ini hatiku mati?
Apa bedanya sendiri, berdua atau berlima sekalipun?
Toh, ujungnya aku akan sendiri lagi merajut waktu hingga saat itu menjemput lagi.

Sepi...
Aku sakit saat tidak ada lagi mereka yang datang dan bercerita tentang hidup dan deritanya.
Aku sakit saat diri kembali sendiri dalam sepi dan detik demi detik masih berputar dalam keheningan.