Selasa, 26 Februari 2008

Arti Sebuah Ketulusan

seorang teman pernah mengirimkan pesan singkat yang berisikan pesan singkat " tidakkah ada yang melihat? Betapa ketulusan bisa menjadi teramat konyol. Hasrat yang berlebihan tanpa persiapan bisa berakibat fatal. Percaya membabi buta pada pihak asing bisa jadi senjata makan tuan. Strategi dan kemandirian itu kuncinya.
pikiranku melayang pada suatu tempat dimana aku saat itu masih dibuai oleh apa yang dinamakan ketulusan yang saat ini menjadi barang ekslusif yang mungkin cuma dimiliki oleh segelintir orang. tapi entah kenapa sampai saat ini aku masih saja percaya bahwa suatu saat aku akan kembali pada rasa indah itu. dmana ketulusan bisa kumiliki tampa pamrih. sampai saat ini pun aku masih bisa merasakan ketulusan itu meski hanya suara dan sms.
pertanyaannya saat ini aku korban atau terdakwa?
jelasnya aku ga mau berpikir klo aku jadi korban. sebab kapanpun itu berakhir aku yakin suatu saat aku akan kembali ksana dmana kenyamanan akan keberadaan ketulusan dalam hidupku kembali kurasakan. setidaknya saat ini masih ada cahaya yang menemaniku dalam melewati kabut tebal. menghalau belukar tajam berduri. membuka topeng dan menemukan kenyataan bahagia namun semu. setidaknya aku tidak benar-benar sendirian disaat aku harus ditinggalkan dengan ketulusan yang terbuang. namun seorang teman berkata"tak ada ketulusan yang sia-sia".
ketulusan yang kurindukan ada karena pengertian tak berpamrih yang datang dari mereka yang ikhlas mengenalku. mereka yang sampai saat ini masih menemani sejarah panjang dalam hidupku. mereka yang masih saja setia dalam sedih dan senangku. mereka yang mematri namaku dalam deretan orang-orang yang mereka sayangi. maka nama merekapun akan selalu melekat dalam hati dan pikiranku.

2 komentar:

Risma Hasnawaty mengatakan...

Amien!

DhaRma Lubis mengatakan...

ya benar....harus berkaca.. kita meninggalkan maka kita akan ditinggalkan itu hukum alam..makanya tak ada yang perlu disesali.. makanya tak perlu menuding orang lain meninggalkan dengan sms2 yang menyakitkan hati.. sepertinya saya pun memperoleh sms yang sama. bagaimana kalo comment yang disampaikan kepada saya diberikan kepada yang empunya sms. dan saya kira kalo perkerjaan menunjuk hidung orang lain adalah mudah tapi menannya dan mengukur diri sndri itu berat sekali. mari kita sama-sama berkaca. mari kita tidak saling "MENGONYOLKAN" orang lain padahal sedang melakukan kekonyolan yang seerupa pada orang lain.

bukankah DIAM lebih baik dari pada kata-kata yang menusuk hati dan menghujam hati yang akan dibawa sampai mati? karna saya lebih memilih dituusuk2 belati beracun hingga tetes darah terakhir...
bukankah menuduh lebih kejam dari hukuman apapun didunia ini?